Passion?

        Anak millenial pastinya sudah akrab dengan kata ini, karena sudah menjadi topik umum yang biasa dibicarakan. Berbicara mengenai passion, tentu juga tidak akan ada habisnya.  

"Passion adalah kecenderungan kuat terhadap suatu kegiatan yang disukai oleh individu, dimana mereka akan rela mengorbankan waktu dan energinya untuk melakukan hal tersebut (Vallerand dan Houlfont, 2003)"

        Passion tentunya bisa bermacam-macam, dan biasanya berkaitan dengan kepribadian seseorang. Tapi bagaimana kita bisa tau apa yang menjadi passion kita? Ini sebenarnya bisa dicari salah satunya dengan memanfaatkan waktu luang kita sebaik mungkin, lakukan apa saja yang bisa dilakukan yang mungkin belum pernah kita lakukan. Mencoba hal baru atau kegiatan apapun yang belum pernah kamu coba/lakukan. Kuncinya adalah memberanikan diri. Tentunya tidak mudah, apalagi jika orang itu memiliki ketakutan terhadap hal baru dan kegagalan. 

        Semakin banyak hal baru yang kita coba lakukan, makin besar pula peluang kita untuk mengetahui passion kita. Bayangkan jika kita tidak pernah mau mencoba keluar dari comfort zone dan tidak tertarik melakukan apapun yang belum pernah kita lakukan. Yahh.. bisa dibilang hidupnya lempeng-lempeng saja, kesehariannya ya itu-itu saja. Mungkin dia juga tidak akan menemukan apa yang dia sukai, hobbynya pun juga tidak akan ketemu. Ibaratnya seperti jika kamu ingin menemukan kelerengmu yang ada di dalam tanah, tapi kamu bahkan enggan untuk mencarinya. Maka kelereng itu selamanya akan terpendam dalam tanah. Jadi, apa yang harus dilakukan? Coba cari kelerengmu, galilah tanahnya dimanapun, jika tidak ketemu disini ya cari disana dan seterusnya, sampai kamu bisa menemukan kelerengmu yang terpendam.

        Tapi yang menjadi kuncinya yaitu, jangan lupa juga untuk mencoba memahami diri sendiri. Kenali diri kamu. Ini jadi poin penting. Sebelum kamu tahu apa yang kamu senangi, coba pelajari apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita, dengan begitu kita bisa paham bagaimana karakteristik kita.  


         Itu semua baru bisa kupelajari dari pengalamku sendiri, bagaimana aku bisa menemukan passionku. Dulu saat masih sekolah memang sejujurnya aku tidak memiliki minat yang cukup besar untuk belajar setiap mata pelajaran. Itu bukan berarti aku adalah sisa bodoh yang masuk jajaran para siswa dengan nilai sekolah yang rendah. Tidak. Bukannya sombong, tapi aku cukup pintar dibandingkan teman-temanku, walaupun bukan termasuk yang pintar banget sih. Tapi setidaknya aku pernah menjadi juara kelas nomor 1 saat SD hehe. Sampai SMA pun juga begitu, aku bukan termasuk anak pintar nomor 1 di sekolah, cukup menjadi juara kelas ke-2 atau k-3 setiap tahunnya kurasa itu tidak buruk-buruk amat. Saat kelas 3 juga aku masuk ke kelas A yang diatur berdasarkan hasil nilai TO saat dilakukan pembimbingan UN. Aku juga sempat mewakili sekolahku mengikuti seleksi OSN kabupaten saat itu, walaupun tidak lolos tapi lumayan untuk pengalaman. 

        Walaupun kemampuan akademikku cukup baik di penjurusan MIPA, tapi bukan berarti aku memiliki passion di jalur yang sama kan? dan akupun sadar itu. Selama ini aku hanya belajar ala kadarnya, mengerjakan PR kalau ada, belajar sebentar sebelum ujian. Yah begitulah, tidak ada ketertarikan. Sampai saat aku kelas 3 SMA dimana ada mapel sosiologi sebagai mata pelajaran lintas minat. Entah kenapa aku cukup tertarik. Aku senang mendengar bagaimana guruku menerangkan tentang topik itu, bahkan sekalipun saat ujian aku selalu mendapat nilai sempurna tanpa aku belajar dengan sungguh-sungguh. Well, karena ini bukan termasuk ilmu pasti (ilmu eksak), jadi penilaiann lebih berdasarkan pada nalar dan bagaimana aku menjelaskan dalam kalimatku sendiri yang kurasa itu cukup menyenangkan.

        Berawal dari situ aku mulai sadar bahwa aku memiliki ketertarikan pada bidang sosial dan kemanusiaan (Ini lah kenapa penting untuk memahami diri sendiri). Jika ditelusuri kebelakang, aku memang sangat suka memperhatikan orang-orang, melihat tingkah-laku mereka, mencoba memahami mereka, dan bertanya-tanya kenapa seseorang melakukan sesuatu tindakan tertentu. Sangat menyenangkan! Dari situ aku mulai mencari-cari kira-kira karir apa yang cocok untukku. Dan ketemu! Psikologi! Yeaah. bahkan sampai sekarang mendengar kata itu saja sudah membuatku antusias. Saat itu aku sudah sangat yakin bahwa karir inilah yang ingin kujalani untuk hidupku kedepan. Aku sudah melakukan berbagai penelusuran mengenai itu, jenis-jenisnya, prospeknya dan lainnya. Aku bahkan sudah menulis ancang-ancangku kedepan di buku ku, reng-rengan bagaimana nanti saat aku menjalani studi di bidang itu, bahkan rencana magang ke salah satu lembaga konseling sudah ku pertimbangkan. Saat itu semua sudah terasa sempurna.

        Sampai saat pemilihan jurusan tiba, aku harus merelakan passionku diletakkan pada pilihan jurusan nomor 2 dengan alasan ayahku kurang yakin dengan prospek kerjanya (psikologi ada di hampir setiap universitas, tentunya akan memiliki lulusan yang banyak setiap tahunnya). Aku berusaha mencari cara agar aku bisa masuk di jurusan itu, sekalipun aku harus belajar ilmu sosial dari awal (karena aku anak MIPA, jadi harus ambil IPC saat itu). Sejujurnya selain TPA, aku bahkan lebih fokus belajar ilmu social daripada science (jika ayahku tahu ini pasti bakal kenal marah hehe). 

        Singkat cerita, pengumuman tiba. Daaaan yaahh.. Aku diterima di jurusan yang kuinginkan. Jurusan Psikologi!! Astaga, saat itu aku senang bukan main. Walaupun sebenarnya aku ingin mengambil jurusan itu di Universitas yang lebih bagus (tapi tidak boleh, karena terlalu jauh), but at least, ini jurusan yang kuinginkan dan yang aku yakin aku mampu bagaimanapun kesulitan yang nanti kuhadapi. karena aku tahu bagaimana kemampuanku. Tapi sayangnya, manusia hanya bisa berencana. Ayahku lebih ingin aku kuliah di bidang lain (Rekam Medis dan Informasi Kesehatan) karena memilikii prospek kerja yang bagus, bahkan tidka banyak perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini.

"God's Plan is Always More Beautiful than Our Desire"

        Ini yang terus kucoba sugesti untuk diriku sendiri. Bahkan sampai sekarang saat keinginan-keinginan untuk mengejar passionku muncul. Masa-masa aku sempat terpuruk hanya karena tidak bisa berada di bidang yang kuinginkan kalimat itulah yang selalu aku tanamkan di kepalaku. Sampai akhirnya kini aku benar-benar telah menerima karirku di dunia kesehatan. 

        Aku tidak bisa berhenti disana, aku selalu ingin belajar hal-hal mengenai dunia psikologi dan konseling. Maka aku mencoba mencari cara lain itu menyalurkan hasrat ini dengan membaca buku. Aku memang bukan seorang kutu buku, bahkan aku bukan termasuk orang yang gemar membaca. Tapi karena aku tidak bisa berhenti menyukai bidang itu, akhirnya aku mulai terjun ke dunia kutu buku. Aku tidak membaca buku psikologi, karena itu akan membuatku gagal move-on. Tapi aku sangat senang membaca buku-buku mengenai self-improvement, dan aku merasa sangat membutuhkan buku-buku itu. Aku bahkan tidak menghitung berapa buku mengenai self-imptovement yang sudah kupunya. Dalam satu buku yang kurasa perlu pemahaman ekstra pun aku harus membacanya berkali-kali. Tapi itu tetap saja menyenangkan.

        Yah, begitulah caraku menyalurkan passion yang tidak bisa ku jalani. Tapi, aku masih beraharap suatu saat aku bisa menyalurkannya dengan cara lain yang bisa lebih bermanfaat. Akupun juga sedang mencari cara. Wish me luck:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Be Productive

New Chapter!